Sambutan Hangat Masyarakat Adat: Upacara Menyialo Tamoe

Di Kalimantan Barat, Anda akan disambut dengan penuh kehormatan oleh masyarakat adat Dayak Tamambaloh melalui upacara penyambutan bernama menyialo tamoe sebelum menjelajahi narasi Kapuas Hulu.

Di tuntung panto (saung), bendera adat (tambe) dan umbul-umbul dipasang, menciptakan suasana yang mempesona. Pucuk daun enau atau aren dilengkungkan, menambah keindahan visual upacara ini. Ambrosius Ajat, Kepala Adat Banua Tanga’ Hilir, melontar beras kuning ke arah tamu sebagai simbol berkah dan penerimaan yang hangat.

Alunan musik tetabuhan khas Dayak mengiringi kedatangan Anda dengan irama yang menggema. Bersamaan dengan gemuruh tetabuhan dan tarian yang menawan, beram—minuman fermentasi dari beras ketan—disajikan kepada tamu. Ritual ini meliputi penyiraman beram ke tanah sebagai penghormatan kepada alam, sebelum dinikmati sebagai simbol rasa syukur.

Lelaki Dayak Tamambaloh Apalin mengenakan kambu manik (kopiah) bermotif kalinge dan rompi manik sape buri’/sape lakan. Mereka sering menambahkan kain baka dan kain kabo, serta menghias kepala dengan bulu burung aruwei dan kalung manik lawang. Ketua Adat mengenakan hiasan kepala khusus, datulu bakandang/batabur, Sementara perempuan mengenakan ikat kepala datulu dan baju tenun sungkit (songket) yang dihias manik-manik, lengkap dengan kalung tolang manik.

Upacara menyialo tamoe adalah ritual penyambutan tamu dalam budaya Suku Dayak di Kalimantan Barat. Diiringi oleh tabuhan dan tarian, tamu diantar dari pintu masuk ke betang. Ketua Adat melontarkan beras kuning yang dicampur temulawak dan kunyit sebagai bentuk perlindungan. Selama upacara, tamu disajikan berbagai minuman fermentasi, seperti papa’ di gerbang, beram saat menaiki tangga, dan tuak di aula. Ritual ini memperkaya pengalaman dan menghubungkan tamu dengan warisan budaya Suku Dayak.

 

Keranjang Belanja